Cara mengukur struktur bidang dengan kompas geologi: 1.
Pengukuran jurus (Strike): letakkan kompas dengan sisi E menempel pada batuan
tegak lurus kemiringan. Levelkan kompas yang ditunjukkan oleh gelembung udara
masuk ke dalam mata sapi. Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk utara adalah
harga jurus, misalnya 2800. Beri tanda garis di sisi kompas yang menempel pada
batuan. 2. Kemiringan (Dip): letakkan kompas tegak lurus pada garis yang telah
dibuat dengan sisi W menempel di batuan tegak lurus garis yang dibuat di
batuan. Atur klinometer sampai nivo, baca kemiringannya. 3. Arah kemiringan
(Direction of dip): letakkan kompas dengan sisi S menempel pada batuan sejajar
dengan garis, atur sampai nivo, baca angka yang ditunjukkan jarum penunjuk
utara. Arah itulah arah kemiringan lereng. Struktur-struktur diastropik terdiri
dari: A. Pelengkungan (Warping): Gerakan vertikal yang tidak merata di suatu
daerah khususnya yang berbatuan sedimen, akan menghasilkan perubahan struktur
perlapisan yang semula kurang lebih horizontal menjadi melengkung. Kalau
melengkung ke atas maka disebut dome (kubah) dan bila melengkung ke bawah
disebut basin (basin). Diameternya bisa mencapai beberapa kilometer. B. Lipatan
(Folding): Struktur batuan akan mengalami pelipatan bila menderita tekanan
lemah tetapi berlangsung dalam waktu lama. Besarnya tekanan masih di bawah
titik patah batuan sehingga dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Bagian
puncak lipatan disebut antiklin, dan lembah lipatan disebut sinklin. Daerah
pegunungan lipatan biasanya dihasilkan oleh tekanan horizontal. Di atas puncak
lipatan biasanya masih terjadi lipatan-lipatan kecil, demikian juga di lembah
lipatan. Puncak lipatan utama disebut antiklinorium (antiklinoria) dan lembah
lipatan utama disebut sinklinorium (sinklinoria). Puncak dan lembah kecil-kecil
di antiklinorium atau sinklinorium disebut antiklin dan sinklin. Geantiklin dan
geosinklin digunakan untuk pelipatan yang sangat hebat, di geantiklin dan
geosinklin terdapat antiklinorium dan sinklinorium. Berdasarkan sumbu lipatan,
dikenal beberapa tipe dasar lipatan: Gambar 5. 3. Tipe-tipe dasar lipatan: A.
Lipatan simetris, B. Isoklin, C. Lipatan simetris, D. Lipatan miring
(Overturned), E. Lipatan rebah (Recumbent) 1. Lipatan simetris adalah lipatan
yang antiklin dan sinklinnya simetris, atau sumbu lipatan tepat di tengah
membagi dua sama besar kedua bibir lipatan. Biasanya dihasilkan oleh gaya
horizontal dari dua arah yang berlawanan dan seimbang. 2. Isoklin adalah
lipatan tegak atau miring yang sudut kemiringannya sama. 3. Lipatan asimetris
adalah lipatan yang antiklin dan sinklinnya tidak simetris, atau sumbu
lipatannya tidak membagi dua sama besar kedua bibir lipatan. Biasanya terbentuk
karena gaya horizontal dari dua arah yang berlawanan dan tidak seimbang. 4. Lipatan
miring (overturned folded) adalah lipatan yang salah satu bibir lipatan miring.
Kedua bibir lipatan miring ke arah yang sama tetapi tidak sama besar sudutnya.
5. Lipatan rebah (recumbent) adalah sumbu lipatan sudah mendatar atau hampir
mendatar. 6. Monoklin adalah lengkungan yang menghubungkan dua dataran
(perhatikan gambar 5. 4 di bawah ini). C. Retakan (Jointing). Retakan adalah
struktur yang terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan retak,
namun tidak mengalami dislokasi/masih bersambung. Gaya regangan bekerja tegak
lurus pada bidang retakan ke dua arah berlawanan. Biasanya dijumpai pada batuan
yang rapuh sehingga dengan tenaga kecil saja sudah mengalami retak. Retak yang
dijumpai di puncak lipatan dikenal sebagai tektonic joint. Perhatikan gambar 5.
6. D. Patahan atau Sesar (Faulting). Patahan terjadi bila tekanan cukup kuat,
melampaui titik patah batuan, apalagi jika terjadinya cepat. Batuan tidak hanya
retak-retak tetapi terjadi pergeseran/ dislokasi sehingga tidak bersambung lagi.
Berdasarkan arah gerak blok batuan disepanjang bidang patahan dikenal pula
beberapa tipe dasar patahan : 1. Strike-slip Fault/Transcurrent Fault adalah
patahan yang arah gerakannya horizaontal dengan arah berlawanan. 2. Dip-slip
Fault yaitu patahan yang gerakannya sepanjang bidang patahan miring. Bila
gerakannya mengarah ke bawah sesuai dengan gaya berat disebut Normal Fault atau
Gravity Fault (Patahan Normal), sedang bila gerakannya ke atas disebut Reverse
Fault(bila ≥45o) atau Thrust Fault (< 45o) atau patahan terbalik. 3.
Rotational Fault (Hinge Fault) yaitu patahan yang gerakannya memutar pada
bidang patahan 4. Oblique-slip Fault, yaitu patahan yang gerakannya mendatar
saling menjauhi atau arah lain yang tidak termasuk dalam jenis patahan di atas.